Adakalanya, sebuah kemewahan jika di era canggih seperti ini, kita bermain-main dengan sesuatu dari jaman yang teknologinya belum pesat seperti sekarang. Seperti akhir tahun lalu ketika saya bareng Iphan, Sita n Mas Iman Brotoseno ke Gombong. Mas Iman waktu itu membawa kamera Nikon F3-nya yang umurnya lebih tua ketimbang saya. Beneran... ngga berani saya njepret make kamera itu, takut kualat. Lagian sayang filmnya :D
Dan di postingan ini, saya mau nunjukin hasil main-main dengan kamera Lomo Fisheye-nya Gage. Kamera mainan, yang sebenarnya cuman untuk lifestyle bagi mereka pecinta barang-barang vintage dan retro. Bagi yang belum tahu lomo fisheye ini, sekilas saya beritahu bahwa kamera ini masih analog. Apalah istilahnya, pokoknya masih menggunakan rol film dan manual. Bagi yang terbiasa dengan kamera digital, mesti agak 'kagok' menggunakan kamera ini.
Tapi beneran deh, seru! Hasil jepretannya ngga bisa diperkirakan. Apa yang kita lihat di viewfinder, hasilnya bisa berbeda. Ini juga ngelatih skill sih, bagaimana ngambil angle yang pas. Lalu bayangin ngga ada zoom-nya, jadi kalau mau ambil benda dekat, mesti dekat banget. Sensitif dengan tempat yang kurang cahaya, beberapa jepretan saya gagal karena ternyata kurang cahaya. Ya, paling ngga, buat have fun lah...
Dan inilah beberapa hasilnya ketika sambil jalan-jalan, jepret sana jepret sini.
Gedung Rektoriat UGM yang dulu ada filmnya, Cintaku Di Kampus Biru ini masih tampak megah. Btw, ngambil fotonya ini nunggu ada angin niup benderanya :D #gagpenting
Anjing tetangga sekitaran Taman di Jogja ini sangat akrab. Panggil saja dan ajak bersalaman. Iapun akan duduk, dan menyodorkan kaki kanannya. Canggih kan?
Sebuah stasiun kecil ini pun ikut memasang bendera setengah tiang ketika GusDur wafat. Setidaknya kita masih bisa bangga, masih menghargai sejarah serta jasa-jasa orang-orang pendahulu kita.
Anja, suatu senja sesi pemotretan. Nimbrung ngikutin Bang Kristupa Saragih :D
Rel kereta, biru langit dan hijau pepohonan. Indonesiaku!
Lost in Airport. Ceritanya Si Iphan sedang tersasar. Ceritanya... Etapi bisa beneran ding. Saat itu ni anak, hati dan otaknya sedang tersasar ntah kemana. Tanya aja kalo ngga percaya*tenang phan, Damri Club!*
Pagi sebelum bekerja, mandi di sungai. Komunikasi antara pemilik kerbau dan si kerbau, terjalin dari rutinitas ini.
Gang di jalan Malioboro. Gerbangnya sangat khas.
Kalau melihat foto ini, saya jadi teringat kembali kalau kita itu negeri yang hidup dari pertanian. Lagipula, makan apa kita kalo petani-petani ini enggan menanam padi?