Dari judulnya, nampak sebuah kesan yang begitu idealis dan nasionalis. Ya, tak apa. Itulah gunanya sebuah judul untuk memberikan kesan menarik ataupun kesan wah dari suatu tulisan. Tapi jangan terkecoh dulu oleh sebuah judul, baiknya dibaca dahulu isi artikelnya. Siapa tahu isinya tidak sesuai dengan judul atau malah memiliki konten yang jauh lebih cemerlang daripada sebuah judul.
Postingan kali ini, saya akan menuliskan ide-ide yang begitu saja berlompatan. Saya bilang sih, ide-ide cermerlang. Meskipun ide-ide konyol yang brilian pun sering hadir. Yap, ada baiknya saya menuliskannya disini, siapa tahu kita memiliki ide yang sama. Jadi saya ada temannya jikalau ide saya dianggap gila. Atau dianggap basi, saya pun berarti ada temannya:D.
Sekarang ini, mereka orang-orang yang menang adalah mereka yang menguasai teknologi dan informasi. Percaya ngga percaya, begitulah adanya. Saya ngga akan panjang lebar untuk menunjukkan buktinya apa. Gugling aja deh sendiri, ntar juga nemu. Eh, tuh kan. Secara ngga sadar saya udah memberikan salah satu contohnya yang menguasai teknologi dan informasi. Ckckckck.. suatu kebetulan yang disengaja…
Nah, kita sebagai orang Indonesia mau kemana? Selalu ketinggalan atau mau ikutan bersaing menguasai teknologi tersebut? Saya pikir sih ada baiknya kalo kita ikutan bersaing. Karena orang-orang kita, Indonesia, ini pintar-pintar. Skill dan kecerdasaannya ngga kalah dengan mereka yang kita sebut bule itu. Percaya deh…
Lalu bagaimana cara mencerdaskan bangsa untuk paling tidak melek terhadap teknologi dan informasi? Menurut saya kuncinya ada di kita semua. Tapi untuk kali ini, saya akan lebih memfokuskan ke pengenalan teknologi sejak dini, pemberdayaan masyarakat dan generasi muda.
Okey, kita mulai dari pengenalan teknologi sejak dini. Ada baiknya untuk melihat video ini dahulu.
Video ini saya ambil ketika kunjungan ke SD Muhammadiyah Sapen Jogja yang merupakan salah satu pilot project untuk Multipoint, produk keluaran Microsoft. Nampak di video bahwa siswa-siswi SD ini sudah diperkenalkan dengan teknologi belajar secara multimedia. Yang mana tidak hanya didukung gambar atau grafis yang menarik, tetapi juga ada audio dan video. Tak lupa aktifitas interaktif siswa juga dilibatkan. Dengan dikenalkannya teknologi ini sedari dini, ini menumbuhkan rasa percaya diri. Yang imbasnya bisa memacu siswa untuk terus-menerus belajar, tertarik akan sebuah teknologi dan manfaat-manfaat lainnya.
Untuk menerapkan ini disemua pelosok di Indonesia, saya rasa ngga begitu mahal. Ya, ngga begitu mahal jika kita bisa memilih menentukan rancangan yang terbaik. Seperti di video, untuk membuat suatu kelas multimedia, yang diperlukan sebuah PC, LCD proyektor, Speaker dan puluhan mouse yang jumlahnya bergantung dengan kuota kelas tersebut. Sehingga tidak perlu menyiapkan puluhan PC untuk membuat kelas multimedia. Opsi lain pun saya yakin ada. Dulu, di kalangan pengguna Linux ada project bernama LTSP(Linux Terminal Server Project). Ini pun bisa dimanfaatkan untuk membuat sebuah lab komputer.
Itu tadi yang pertama, pengenalan sejak dini. Lalu sekarang pemberdayaan masyarakat. Apa maksud saya hingga menuliskan pemberdayaan masyarakat? Okey, mari kita lihat video di bawah ini.
Dapat point yang saya maksudkan?
Jika anda sudah melihat videonya, si Ibu yang saya wawancarai sempat berujar,
“pengen lebih pinter lagi.. ya nanti kan buat anak-anak juga”
Itu yang saya maksud… kembali ke keluarga. Keluarga adalah lingkungan terkecil dari suatu masyarakat. Jika tiap-tiap keluarga itu terdidik, maka masyarakat secara keseluruhan akan terdidik. Dan ini akan berefek ke kecerdasan suatu bangsa.
Sosok di video yang saya ambil ini adalah salah seorang warga binaan Yayasan Seruni. Yayasan Seruni yang berlokasi di Cilacap ini merupakan wadah buruh migran untuk berbagi pengalaman dan wadah untuk pembelaan buruh migran yang berada di luar Indonesia. Serta merupakan salah satu CTC Microsoft. Lihat, jika tadi saya bermaksud mengenai lingkungan keluarga, sekarang sudah berbicara mengenai kecerdasan suatu bangsa. Bisa dibayangkan bagaimana jika orang-orang Indonesia dikenal oleh Negara lain sebagai orang-orang yang cerdas, memiliki kemampuan yang mumpuni dibidangnya masing-masing. Tentu harga diri kita sebagai orang Indonesia akan berada di tempat yang lebih layak.
Dan terakhir, paling tidak untuk yang saya tuliskan di blog ini adalah generasi muda. Generasi muda saat ini yang kalau boleh saya katakan sudah melek akan teknologi. Hape, laptop dan berbagai gadget-gadget lainya cukup akrab di kalangan anak muda jaman sekarang. Nah, ini harus dimanfaatkan. Bagaimana caranya, edukasi bisa disisipkan di gadget-gadget tersebut.
Dalam skripsi saya 2 tahun yang lalu, saya mengangkat tema mobile learning. Jadi, tak hanya e-learning saja, tapi sudah mobile learning-nya. Kemana-mana itu kita bisa belajar. Dalam studi kasus skripsi saya, saya mengemas sebuah aplikasi materi pelajaran Fisika dasar untuk SMU diperangkat mobile, yakni hape. Nah, di hape itu saya masukkan materi-materi pembelajaran yang tak hanya berupa teks saja, tetapi audio dan simulasi berupa animasi saya masukkan. Dan teknologinya sudah ada di pakai oleh orang luar, tetapi di kita belum. Sehingga ketika saya ajukan judul skripsi ke pembimbing saya, Bapak Fathul Wahid, ST. M.Sc yang juga selaku Dekan FTI UII, langsung menyetujui judul yang ambil tersebut.
Tak hanya berupa aplikasi pembelajaran yang sudah jelas-jelas dari namanya untuk belajar, bisa juga dikemas dalam bentuk lain yang tetap saja bisa disisipkan ke dalam gadget-gadget yang akrab dengan anak muda. Teknologinya banyak. Tinggal gugling aja deh dari pada saya panjang lebar jelaskan disini. Jadi, tinggal dipersiapkan konten yang banyak untuk masuk ke kalangan anak muda ini.
Dan pada akhirnya, ini juga tentang bagaimana menjadi bangsa yang kreatif. Indonesia Kreatif, sebuah tagline yang baru-baru saja ini digadang-gadang untuk menggugah bangsa ini menjadi bangsa yang kreatif.
Kuncinya di kita. Masyarakat, Pemerintah, Vendor dan Dunia Akademik. Seharusnya saling bersinergi, itu idealnya.