Ada alasan khusus kenapa saya suka dengan film yang digarap/diproduseri oleh Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen. Selain tak jauh dari dunia anak-anak yang disertai edukasi, biasanya juga ikut mengeksplorasi keindahan alam. Ya, alam Indonesia.
Ingat dengan film Denias? Film yang mengambil gambar di Papua. Tergambar dengan jelas Puncak Jaya Wijaya dengan puncak saljunya. Padang rerumputan di antara bukit-bukit di pedalaman Papua.
"Argh... so beautiful!".
"Deeeem! Besok saya kesana!".
Ya, itu kata-kata yang muncul ketika melihat pemandangan Indonesia yang terpancar dari proyektor seluloid itu.
Begitu juga saya menyukai Film King. Film terbaru garapan Ale dan Nia(Alenia Pictures) ini mengangkat cerita tentang potret anak bangsa di ujung pelosok Jawa sana*lebay* yang ingin berprestasi dibidang Bulu Tangkis. Perjuangannya bagaimana tokoh utama dengan keterbatasan finansial yang kemudian bisa menjadi 'King' dan membanggakan bagi orang-orang terdekatnya.
Oiya, tak lupa saya banyak 'menghujat' ketika menonton film ini. Deeeeem! Pemandangan alamnya juga gag kalah cantik! Di Kawah Ijen, Jawa Timur. Aseli, gag nyangka di Jatim ada seperti itu.
Salah satu scenenya menampilkan banyak rusa atau menjangan di semak-semak rerumputan yang dilihat dari atas. Secara teknis, saya lihat film yang dibuat oleh Ale dan Nia ini, benar-benar tidak tanggung. Secara keseluruhan, saya lebih menikmati film King ini jika dibandingkan dengan film Ketika Cinta Bertasbih. Ya, ini film yang berbeda. Tapi, jika nanti anda telah menonton film King, anda akan merasa mendapatkan nilai-nilai religiusnya, tanpa perlu menyebutkan embel-embel film Islami.
Di akhir film, saya sempat merinding. Ketika mendengarkan lagu Indonesia Raya berkumandang. Sebagai mantan atlet daerah*sombooong:D*, saya mengingat bahwa dulu, saya pernah berkeinginan di punggung saya membawa nama Indonesia. Ya, walaupun hanya baru membawa nama daerah, saya tetap bangga. Karena perjuangannya pun gag mudah. Dan suatu saat nanti, saya akan tetap membawa nama Indonesia di punggung saya, harum terdengar di mata negara lain. Ah sudahlah...
*ngelanjutin kerja*
20 comments
gag niat bikin review Film KCB. aseli, gag menarik untuk di review film KCB. mending baca novelnya saja ketimbang harus tertawa menertawakan.
ReplyDeleteahahhaa...
Kalau ga salah sih Kawah Ijen, Nix. Pasti kamu kebanyakan minum Mijon.
ReplyDelete@sandal, iyo ndal, kawah ijen. aku sudah lama gag minum mijon, dulu pas garap bannernya nah... sering banget...:D
ReplyDeleteMenurutku film ini biasa saja. Kurang nggigit gitu lho..sayang banget... Dan paling ga suka endingnya. Nanggung, bikin kecewa, tp sutralah yang penting banyak menyuguhkan pemandangan yg keren.. :)
ReplyDeleteKalau dibandingkan dengan garuda di dadaku, aku lebih suka "Garuda di Dadaku".
Ini review atau pengalaman nonton ?
ReplyDelete* tidur lagi
Nic, kok malah komen-in KCB hahaha~
ReplyDeleteEdukasi: perjuangan, persahabatan, patriotisme dan alam Indonesia *kombinasi yang uapik.
ReplyDeletenuontuon ahhhh ^_^
hmm KCB *Ketika Cinta Bersambung. haha
mang bener tuh pilem bagus..
ReplyDeleteeh, tapi di awal pilem agak gak jelas gitu kan ya ceritanya, prolognya kurang..iya gak sih?
@iman n didut, lah namanya juga ngelantur.. ahahaha...
ReplyDeleteDari trailernya aja udah keliatan kalau film ini bakal habis2an mengekspose keindahan alam Indonesia. Betul Nik, ngapain syuting jauh2 sampe Mesir, kalau ceritanya hanya gitu2 aja.
ReplyDeleteklo menurut saia film ini terlalu 'Denias'. nilai kemiripannya cukup tinggi entah dari plot ataupun karakter tokohnya. jadi sbnrnya saia cukup kecewa dg film ini
ReplyDelete^_^
uhuhu pengen liat...
ReplyDeletebagus kah? belom nonton...
ReplyDelete@dita, bagus! nonton deh kalau sempat
ReplyDeleteSETUJU..!!
ReplyDeletedeeeeem itu apa nic :D
ReplyDeletedeeeeem itu apa nic :D
ReplyDeletedeeeeem itu apa nic :D
ReplyDeleteKing..bagus koq filmnya.. =)
ReplyDeleteini dia saingannya garuda didadaku.....
ReplyDeletesalam kenal
http://shell32.web.id